Komunitas Sambung Ayam dan Relasi Sosial

Pesan Produk Sekarang

Komunitas Sambung Ayam dan Relasi Sosial

Komunitas Sambung Ayam dan Relasi Sosial

Masyarakat IndonesiaUnggas jenis ayam dalam beberapa masyarakat di Indonesia tidak hanya berarti sebagai binatangbiasa. Dalam masyarakat Indonesia ayam kerap bersentuhan atau dikaitkan dengan dimensi laindalam kehidupan masyarakat. Secara umum, hampir seluruh masyarakat Indonesia tidak asingdengan sabung ayam. Namun, dalam beberapa komunitas masyarakat Indonesia sabung ayamtidak hanya bermakna sebagai pertandingan atau adu ayam jago semata, melainkan juga memuatdeminsi lain dalam kehidupan sosio kultural komunitas masyarakat tersebut.Cliffor Geertz, seolah antropolog Amerika dalam laporan penelitiannya terhadap fenomenasabung ayam di Bali menyatakan bahwa sabung ayam di bali bukan hanya sekadar sebuahaktifitas perjudian semata. Lebih dari itu, sebagaimana dalam laporan penilitian Geertz sabungayam dalam masyarakat Bali kadang dihubungkan dengan diskursus yang lebih luas. Ayam jantan kerap diasosiakan sebagai ungkapan simbolis kebesaran pemiliknya sendiri, yakni egolelaki yang narsistik dan isu-isu maskulinitas lainnya. Ayam juga adalah ungkapan dari apa yangorang bali anggap sebagai pembalikan langsung, secara estetis, moral dan metafisis, dari statusmanusia: kebinatangan. Sabung ayam dalam masyarakat bali juga berkaitan erat dengan mitologimasyarakatnya, sabung ayam adalah sebuah kurban darah yang dipersembahkan dengan mantra-mantra dan pujian kepada roh-roh jahat supaya dapat memuaskan kelaparan mereka. Di Bali, tak ada perayaan pura yang akan diselenggarakan sampai sabung ayam ini dilaksanakan.Geertz mengatakan bahwa ayam dalam pertarungan sabung ayam di bali hanyalah sebuahsimbol. Geertz ingin menjelaskan bahwa sabung ayam bukan hanya sekedar hanya pertandinganantar ayam jago saja tetapi di dalam sabung ayam tersirat makna bahwa yang bertarung adalahmanusianya atau pemilk ayam jago tersebut. Taruhan dalam sebuah pertandingan sabung ayamkhususnya pertandingan yang mendalam dalam istilah geertz bukan hanya soal uang dalam

 jumlah banyak, tetapi juga juga pertaruhan “kehormatan”, “martabat”, “kemuliaan”, dan“status”. Tetapi pertaruhan itu hanya pertaruhan simbolis karena tak ada status seseorang pun

yang benar-benar diganti hanya dengan hasil dari sabung ayam itu. Status itu hanya untuk sementara, diakuai (untuk yang menang) atau dicemooh (bagi yang kalah)

   

Sementara di bagian timur Indonesia yakni di Sulawsei Selatan, masyarakatnya juga sangat dekatdengan binatang ini. Ayam yang dalam bahasa lokal Bugis

disebut MANU‟ dan dalam bahasa

Makassar disebut JANGANG sangat kental dalam mitologi cultural masyarakat Bugis-Makassar,bahkan Raja Gowa XVI, I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin digelari ayam jantan dari timur. Masyarakat Bugis-Makassar tidak hanya menjadikan ayam sebagai binatangpeliharaan tetapi juga sebagai hewan aduan, lebih dari itu, ayam kerap dikaitkan dengan mitos-mitos tertentu. Ayam dalam beberapa waktu dan keadaan tertentu dianggap sebagai pemberialamat, firasat dan penanda tertentu Beberapa dari mitologi tersebut adalah sebagai berikut:1.

 

Bila ayam betina beradu dibawah kolong rumah, maka itu pertanda bahwa yang empunyarumah akan kedatangan tamu2.

 

Bila ayam betina berkotek di waktu malam, maka itu pertanda akan ada kerabat yangakan me

ninggal. Ayam ini disebut “Manu‟ patula

-

tula” dan karenanya harus disembelih,

tidak boleh dibiarkan bertelur karena dapat membawa sial atau celaka3.

 

Bila ayam memakai jambul (simpolong), maka itu pertanda ayam tersebut tidak baik dipelihara karena bisa membawa sial4.

 

Bila ayam berbulu kelabu (kawu) maka ayam tersebut juga tidak baik untuk dipeliharakarena dianggap sorokau (ayam pembawa sial)5.

 

Bila ayam jantan berkokok seperti menyuarakan „pelihara aku‟ (makkau) maka ayam

tersebut baik untuk dipelihara karena dianggap pembawa rezeki.Ayam jantan dalam masyarakat Bugis-Makassar adalah simbol kejantanan dan keberanian(maskulinitas). Tradisi sabung ayam dalam masyarakat sul-sel pada awalnya hanya dilakukanoleh para raja dan kalangan bangsawan Bugis-Makassar pada pagi atau sore hari untuk memeriahkan pesta-pesta adat seperti: pelantikan raja, perkawinan, dan pesta panen. Dalamperkembangannya tradisi sabung ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan raja dan bangsawansaja, tetapi juga oleh kalangan rakyat biasa. Ayam yang digunakan dalam pertandingan sabungayam adalah ayam pilihan yang dirawat dengan telaten, terlatih, terkadang diberi jampi-jampioleh pemiliknya agar dapat memenangkan pertandingan, ayam yang sering menang dalamsabung ayam akan membuat pemiliknya dihormati dikalangan para pencinta sabung ayam